3 Alasan Penting Mengapa Seseorang Harus Jujur, Simak
AYATINA – Jujur adalah dasar dari suatu perbuatan. Seseorang yang jujur sebelum bertindak, pasti dia sudah tahu bahwa suatu tindakan itu benar atau salah. Jika tetap teguh memilih untuk jujur, maka dia akan bertindak sesuai dengan kebenaran, meskipun itu tidak mudah. Namun, jika sebaliknya, maka dia akan dusta.
Setiap manusia pasti tidak suka jika seseorang tidak jujur. Karena ketidakjujuran hanya akan membawa masalah atau kemudharatan yang merugikan, juga akan menimbulkan suatu perbuatan salah yang berturut-turut sebagai akibat dari upaya untuk menutupi kebohongan atau dusta.
Maka jujur adalah sifat terpuji yang wajib dimiliki. Kejujuran dapat menjadi inti kesuksesan dalam kehidupan. Allah subhanahu wa ta’ala perintahkan hamba-Nya untuk selalu jujur, sebagaimana yang telah terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 70:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.”
Allah SWT juga sangat membenci mereka yang berbuat tidak jujur. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Shaff ayat 2-3:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
Dibalik perintah untuk selalu jujur ada banyak hikmah yang didapat. Dari sekian banyaknya hikmah sebuah kejujuran, berikut ada tiga hadits yang menjelaskan mengapa seseorang harus jujur, baik dalam berkata maupun berbuat:
BACA JUGA: 3 Hikmah Bersabar dalam Islam: Kunci Hidup Tenang Dunia Akhirat
1. Kejujuran Membawa ke Surga
Kejujuran akan membawa seseorang ke surga. Mengapa demikian, simak hadits berikut:
عَلَـيْكُمْ بِـالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَـهْدِى اِلىَ اْلبِرِّ وَ اْلبِرُّ يَـهْدِى اِلىَ اْلجَنَّةِ. وَ مَا يَزَالُ الـرَّجُلُ يَصْدُقُ وَ يَـتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْـتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيـْقًا. وَ اِيـَّاكُمْ وَ اْلكَذِبَ فَاِنَّ اْلكَذِبَ يَـهْدِى اِلىَ اْلفُجُوْرِ وَ اْلفُجُوْرُ يَـهْدِى اِلىَ النَّارِ. وَ مَا يَزَالُ اْلعَبْدُ يَكْذِبُ وَ يَـتَحَرَّى اْلكَذِبَ حَتَّى يُكْـتَبَ عِنْدَ اللهِ
Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘sesungguhnya kejujuran itu membawa pada kebaikan dan kebaikan itu membawa (pelakunya) ke surga dan orang yang membiasakan dirinya berkata benar (jujur) sehingga ia tercatat disisi Allah sebagai orang yang benar, sesungguhnya dusta itu membawa pada keburukan (kemaksiatan) dan keburukan itu membawa ke neraka dan orang yang membiasakan dirinya berdusta sehingga ia tercatat disisi Allah sebagai pendusta’,” (HR Muslim).
Seperti penjelasan hadits di atas, bahwa kejujuran menjadi simbol kebenaran, selanjutnya kebenaran ini akan membawa seseorang ke suatu kebaikan. Surga menjadi tempat balasan bagi orang-orang yang melakukan kebaikan. Dengan demikian, kejujuran dapat membawa seseorang menuju surga.
Sedangkan seseorang yang berbuat tidak jujur atau terbiasa melakukan dusta, maka akan membawanya untuk berbuat buruk atau maksiat. Adapun neraka merupakan tempat balasan bagi mereka yang berbuat keburukan atau kemaksiatan.
2. Mendatangkan Ketenangan
Setiap orang pasti mengharapkan selalu ada ketenangan dalam hidupnya. Suatu ketenangan dapat diperoleh dengan kejujuran. Ketika seseorang sudah jujur, maka tidak perlu adanya kebimbangan. Karena seseorang yang jujur, baik ucapan atau pun tindakannya sesuai kebenaran tanpa rekayasa.
Namun, berbeda dengan seseorang yang berbohong atau dusta. Dia akan bimbang dan selalu berusaha melakukan suatu hal apa pun demi menutupi kebohongannya. Padahal setiap kebohongan satu yang tercipta akan memunculkan kebohongan-kebohongan lainnya.
Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits berikut:
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Artinya: “Tinggalkanlah hal yang membimbangkan kalian, menuju sesuatu yang tidak membimbangkan, sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan, dan kebohongan adalah kebimbangan,” (HR At-Tirmidzi).
3. Terhindar dari Sifat Munafik
Ciri orang munafik ada tiga dan salah satu di antaranya yaitu “jika berkata dia dusta’. Penjelasan ini telah dijabarkan dalam hadits berikut:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ
Artinya: “Tanda orang munafik itu ada tiga, jika berkata dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia khianati,” (HR Bukhari dan Muslim).
Munafik adalah sifat tercela yang sangat dilarang. Neraka menjadi balasan bagi mereka yang berbuat munafik. Allah SWT telah memperingatkan hamba-Nya dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 145:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.”
Salah satu ciri munafik yaitu jika berkata dia dusta. Dengan berlaku tidak jujur sama halnya tergolong orang munafik. Maka, penting menjaga diri untuk selalu jujur.
Apapun alasannya jangan sampai diri berbuat tidak jujur. Ingat, bahwa kejujuran banyak faedahnya dan sebaliknya dusta hanya membawa mudharat. Demikian tiga penjelasan tentang alasan mengapa seseorang harus selalu jujur dalam berkata dan bertindak. Semoga ini semua menjadi pengingat diri untuk selalu jujur dalam situasi apa pun, aamiin.
Wallohu A’lam
Oleh Sabingatun Dewi Masitoh