Gaya HidupHikmah & Wawasan

3 Ciri-Ciri Diabolisme Intelektual ‘Cendekiawan Bermental Iblis’

AYATINA  Diabolisme berasal dari kata ‘diabol’, dalam bahasa Yunani berarti iblis. Istilah diabolisme berarti pemikiran, watak, atau perilaku ala iblis. Diabolisme Intelektual adalah cendekiawan yang memiliki watak iblis. 

Cendekiawan yang bernafaskan islam, tetapi memiliki mental seperti iblis sejak zaman dulu hingga sekarang masih terus menonjolkan wataknya di depan masyarakat. Oleh karenanya, umat islam mesti hati-hati dalam mencontoh watak seseorang. 

Gambaran watak iblis terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 50:

{ وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَـٰۤىِٕكَةِ ٱسۡجُدُوا۟ لِـَٔادَمَ فَسَجَدُوۤا۟ إِلَّاۤ إِبۡلِیسَ كَانَ مِنَ ٱلۡجِنِّ فَفَسَقَ عَنۡ أَمۡرِ رَبِّهِۦۤۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُۥ وَذُرِّیَّتَهُۥۤ أَوۡلِیَاۤءَ مِن دُونِی وَهُمۡ لَكُمۡ عَدُوُّۢۚ بِئۡسَ لِلظَّـٰلِمِینَ بَدَلࣰا }

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam!,’ maka mereka pun sujud kecuali iblis. Dia termasuk (golongan) jin, kemudian dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu menjadikan dia dan keturunannya sebagai penolong selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu! Dia (iblis) seburuk-buruk pengganti (Allah) bagi orang-orang zalim.”

Kepercayaan iblis tidaklah ateis. Iblis tidak mengingkari adanya Tuhan. Iblis pun tidak meragukan wujud maupun ketunggalan-Nya. Ia tahu dan percaya. 

Allah subhanahu wa ta’ala melaknat iblis dan menyebutnya kafir. Kesalahan iblis bukan karena ia tidak tahu atau tidak berilmu. Kesalahannya karena ia membangkang, menganggap dirinya hebat, dan melawan perintah Allah SWT. Iblis sebagai prototipe intelektual keblinger artinya model yang sangat profesional dalam menyesatkan orang lain.

Kisahnya termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr ayat 36:

{ قَالَ رَبِّ فَأَنظِرۡنِیۤ إِلَىٰ یَوۡمِ یُبۡعَثُونَ }

Artinya: “(Iblis) berkata: ‘Wahai Tuhanku, tangguhkanlah (usia)-ku sampai hari mereka (manusia) dibangkitkan’.”

Setelah divonis, iblis memohon kepada Allah SWT agar ajalnya ditangguhkan, doanya dikabulkan dan dibebaskan untuk sementara waktu. Iblis pun bersumpah untuk menyeret manusia ke jalannya dengan berbagai cara. 

Iblis memperdaya manusia sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 64:

{ وَٱسۡتَفۡزِزۡ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتَ مِنۡهُم بِصَوۡتِكَ وَأَجۡلِبۡ عَلَیۡهِم بِخَیۡلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكۡهُمۡ فِی ٱلۡأَمۡوَ ٰ⁠لِ وَٱلۡأَوۡلَـٰدِ وَعِدۡهُمۡۚ وَمَا یَعِدُهُمُ ٱلشَّیۡطَـٰنُ إِلَّا غُرُورًا }

Artinya: “Perdayakanlah (wahai iblis) siapa saja di antara mereka yang engkau sanggup dengan ajakanmu. Kerahkanlah pasukanmu yang berkuda dan yang berjalan kaki terhadap mereka. Bersekutulah dengan mereka dalam harta dan anak-anak, lalu berilah janji kepada mereka. Setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka.”

Trik iblis yaitu menghalangi jalan Tuhan yang lurus. Mendatangi manusia dari arah depan, belakang, kiri, dan kanan mereka. Iblis bertekad menyesatkan orang-orang dengan menebar keraguan. Membuat ragu dan lupa akhirat. Alergi dan anti terhadap kebaikan dan kebenaran. Tergila-gila pada dunia dan hobi berbuat dosa. 

BACA JUGA: Fakta Akhir Zaman, Inilah 2 Tanda Datangnya Hari Kiamat, Simak

Mengutip buku Orientalis & Diabolisme Pemikiran, karya Syamsudin Arif, dan www.faktakini.info, terdapat tiga ciri cendekiawan bermental iblis, yaitu sebagai berikut:

Mereka tahu dan paham, tetapi tidak pernah menerima kebenaran. Selalu mencari argumen untuk menyanggah dan menolak kebenaran demi mempertahankan opininya. Baginya yang terpenting adalah pembenaran.

Diabolisme intelektual memiliki sifat sombong dan meremehkan orang lain. Merasa paling lebih baik dari orang lain.

Orang-orang yang mengikuti kebenaran yang sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, oleh para diabolisme intelektual, mereka dianggap dogmatis (karena doktrin), intoleran, dan sebagainya.

Dogmatis maksudnya adalah bersifat dogma, kepercayaan, atau doktrin yang dipegang oleh sebuah agama.

Cendekiawan yang bermental iblis selalu mengaburkan kebenaran dengan cara memutarbalikan data dan fakta. Hal-hal yang batil dipoles sehingga nampak seolah-olah haq.

Sebaliknya, hal-hal  yang haq dikemas, sehingga kelihatan seperti batil. Kadangkala antara haq dan batil dicampur aduk, sehingga tidak jelas perbedaan antara keduanya.

Para cendekiawan muslim tidak boleh bersifat diabolisme. Mereka harus memiliki sifat-sifat sebagai ulama, di antaranya sebagai berikut:

Pertamapandangan, penilaian, dan pengakuan dari para ulama lain. Kedua,dikenal luas sebagai orang sholeh. Ketigapunya kelebihan dan keunggulan, baik mental, moral, spiritual, maupun kecerdasan sosial lainnya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa diabolisme intelektual adalah para intelektual yang bermental iblis, baik pemikiran, watak, maupun perilakunya, tiga di atas adalah ciri-cirinya.

Diharapkan sifat-sifat demikian tidak dimiliki oleh cendekiawan muslim. Dengan demikian cendekiawan muslim dapat memiliki sifat-sifat sebagai ulama. 

Wallohu A’lam
Oleh Toto Abu Furqon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *