Hikmah & WawasanSirah Nabawiyah

8 Keistimewaan Nabi Muhammad SAW yang Wajib Diketahui

AYATINA – Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan nabi terakhir yang Allah subhanahu wa ta’ala utus ke dunia. Maka tidak heran, jika para ulama mengatakan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sebutan ‘Basyarun laa kal-basyar’ yang artinya manusia yang tidak seperti manusia biasa. 

Secara lahiriyah memang manusia biasa, tetapi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki manusia pada umumnya.

Meskipun dikaruniai banyak keistimewaan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menyombongkan diri. Bahkan seluruh hidupnya didedikasikan untuk berdakwah menyampaikan ajaran islam. 

Dakwahnya yang santun, penuh kasih sayang dan kelembutan, disx Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang wajib umat islamketaxhui, di antaranya: 

Terdapat dalam as-Sirah an-Nabawiyah, Ibnu Katsir menyebutkan bagaimana pengalaman Laila, pelayan Siti Aisyah radiyallahu ‘anhu yang tidak mendapati bekas apa pun setiap kali memasuki tempat buang hajatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana hadits nabi berikut ini: 

يْلَى مَوْلَاةُ عَائِشَةَ، قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ تَخْرُجُ مِنَ الْخَلَاءِ فَأَدْخُلُ فِي أَثَرِكَ فَلَمْ أَرَ شَيْئًا، إِلَّا أَنِّي أَجِدُ رِيحَ الْمِسْكِ؟ فَقَالَ:  إِنَّا مَعْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ تَنْبُتُ أَجْسَادُنَا عَلَى أَرْوَاحِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فَمَا خَرَجَ مِنَّا مِنْ نَتْنٍ ابْتَلَعَتْهُ الْأَرْضُ

Artinya: “Laila, pelayan Siti Aisyah, pernah bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ‘Wahai Rasul, setiap engkau keluar tempat buang hajat, aku memasukinya. Namun, aku tidak mendapati apa-apa’. Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya kami, wahai golongan para nabi, tubuh kami tumbuh pada ruhnya para penghuni surga. Kotoran apa pun yang keluar dari kami, pasti akan diserap bumi’,” (HR Ibnu Katsir).

BACA JUGA: https://shohibuljannah.com/5-peristiwa-besar-di-kelahiran-nabi-muhammad-saw-muslim-wajib-baca/

Terdapat dalam hadits dari Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu, beliau bercerita tentang ibunya yang menjadikan keringat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai minyak wangi:

حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا هَاشِمٌ يَعْنِي ابْنَ الْقَاسِمِ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ دَخَلَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ عِنْدَنَا فَعَرِقَ وَجَاءَتْ أُمِّي بِقَارُورَةٍ فَجَعَلَتْ تَسْلِتُ الْعَرَقَ فِيهَا فَاسْتَيْقَظَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ مَا هَذَا الَّذِي تَصْنَعِينَ قَالَتْ هَذَا عَرَقُكَ نَجْعَلُهُ فِي طِيبِنَا وَهُوَ مِنْ أَطْيَبِ الطِّيبِ

Artinya: “Dari Anas bin Malik dia menceritakan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkunjung ke rumah kami. Kemudian beliau tidur sebentar (Qailulah) di rumah kami hingga berkeringat. Lalu Ibu saya mengambil sebuah botol dan berupaya memasukkan keringat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam itu ke dalam botol tersebut. Tiba-tiba Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam terjaga sambil berkata kepada ibu saya: ‘Hai Ummu Sulaim, apa yang kamu lakukan terhadap diriku? Ibu saya menjawab, ‘Kami hanya mengambil keringat engkau untuk kami jadikan wewangian kami.’ keringat beliau merupakan salah satu wewangian yang paling harum wanginya,” (HR Muslim). 

Keistimewaan yang keempat, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah tidak memiliki bayangan. Sebab, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah cahaya yang tidak akan mengeluarkan bayangan jika tersorot oleh cahaya lain.

Hal tersebut terdapat dalam kitab Subulul-Huda war-Rasyad karya Muhammad bin Yusuf as-Shalihi mengutip pendapat Ibn Sab’:

وقال ابن سبع رحمه اللَّه تعالى: في خصائصه: إن ظله صلى اللَّه عليه وسلم كان لا يقع على الأرض وإنه كان نوراً وكان إذا مشى في الشمس أو القمر لا يظهر له ظل. 

Artinya: “Ibnu Sab’ menyebutkan beberapa keistimewaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya bayangan beliau tidak tampak pada tanah. Pasalnya, beliau adalah cahaya. Sehingga jika beliau berjalan di bawah sinar matahari atau cahaya bulan, tidak akan tampak bayangan padanya.” 

Terdapat dalam hadits Syarah Shahih al-Bukhari karya Ibnu Hajar al-Asqalani, bahwa para nabi tidak pernah menguap, termasuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. 

Selain itu, menguap adalah perkara yang Allah subhanahu wa ta’ala tidak sukai dan setan senangi. Pasalnya, menguap penyebabnya adalah banyaknya makan, kenyangnya perut, dan lesunya badan, sehingga berujung pada malasnya beribadah.       

Sementara, para nabi terjaga dari perkara-perkara yang mengurangi derajat kenabiannya. Sesuai dengan hadits berikut:  

التَّثَاؤُبُ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ: هَا، ضَحِكَ الشَّيْطَانُ

Artinya: “Menguap itu berasal dari setan. Jika salah seorang dari kalian menguap, maka tahanlah semampu mungkin. Sesungguhnya, jika salah seorang dari kalian berkata ‘hah’, maka setan tertawa,” (HR Bukhari)

Penjelasan di riwayat lain menyebutkan bahwa setan turut masuk ke dalam diri seseorang, manakala dirinya menguap. Sebagaimana dalam hadits nabi berikut ini: 

إِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلَاةِ، فَلْيَضَعْ يَدَهُ عَلَى فِيهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مَعَ التَّثَاؤُبِ

Artinya: “Jika salah seorang dari kalian menguap di saat sholat, maka letakkan lah tangan pada mulutnya. Sesungguhnya, setan turut masuk bersamaan dengan menguap,” (HR Ahmad).

Keistimewaan lainnya adalah kedua mata beliau tertidur, namun tidak demikian dengan hati beliau. Suatu waktu Aisyah radiyallahu ‘anha bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tentang tidurnya selepas sholat witir. Sebagaimana dalam hadits berikut:

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ فَقَالَ: يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي

Artinya: “‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur setelah sholat witir?’ Beliau menjawab: ‘Betul, Aisyah. Sesungguhnya mataku tertidur akan tetapi hatiku tidak pernah tidur’,” (HR Malik). 

Ini sejalan dengan apa yang disebutkan beliau, bahwa para nabi tidaklah tidur kecuali hanya mata mereka saja yang terpejam. Hati mereka tidak pernah tidur dari berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Darah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam benar-benar barokah. Sahabat Abdullah bin Zubair radiyallahu ‘anhu pernah meminum darah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. 

Dalam suatu riwayat, Abdullah datang kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau sedang berbekam. Setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam selesai, beliau memberikan darah berbekam itu sambil berkata: 

يَا عَبْدَ اللَّهِ، اذْهَبْ بِهَذَا الدَّمِ فَأَهْرِقْهُ حَيْثُ لَا يَرَاكَ أَحَدٌ ، فَلَمَّا بَرَزْتُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَمَدْتُ إِلَى الدَّمِ فَحَسَوْتُهُ، فَلَ مَّا رَجَعْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا صَنَعْتَ يَا عَبْدَ اللَّهِ؟ جَعَلْتُهُ فِي مَكَانٍ ظَنَنْتُ أَنَّهُ خَافٍ عَلَى النَّاسِ، قَا فَلَعَلَّكَ شَرِبْتَهُ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: وَمَنْ أَمَرَكَ أَنْ تَشْرَبَ الدَّمَ؟ وَيْلٌ لَكَ مِنَ النَّاسِ، وَوَيْلٌ لِلنَّاسِ مِنْكَ

Artinya: “Pergilah dan sembunyikan (darah ini) dari manusia. Maka aku pergi dan meminum darah itu. Selepas itu, aku mendatangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kembali. Lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: ‘Apa yang kamu lakukan?’ Abdullah pun menjawab,’Aku sudah sembunyikan darah itu di tempat yang tidak boleh dilihat oleh manusia’. Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berkata lagi: ‘Jangan-jangan kamu telah meminumnya?’ Beliau menjawab: ‘Ya, aku telah meminumnya wahai Rasulullah’,” (HR Al-Mustadrak). 

Ihtilam adalah keluarnya air mani karena sebab mimpi atau fantasi. Orang Indonesia menyebutnya dengan kata mimpi basah, dan itu tidak pernah terjadi pada diri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam

Terdapat dalam hadits Al-Mu’jam al-Kabir karya Imam at-Thabrani mengeluarkan sebuah riwayat dari Ibnu ‘Abbas:

عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: «مَا احْتَلَمَ نَبِيٌّ قَطُّ

Artinya: “Dari ‘Ikrimah, dari Ibn ‘Abbas, bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah ber-ihtilam,” (HR At-Thabrani).

Dari Abu Qatadah radiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

 الرُّؤْيَا مِنَ اللهِ، وَالْحُلْمُ مِنَ الشَّيْطَانِ

Artinya: “Ar-Rukya itu dari Allah dan Al-Hulmu itu dari setan,” (HR Bukhari dan Muslim). 

Penjelasan dalam Syarah Shahih Muslim bahwa istilah ar-Rukya untuk menyebut mimpi baik. Sedangkan istilah al-Hulmu untuk menyebut mimpi buruk.

Dari sahabat Abu Dzar, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ وَأَسْمَعُ مَا لَا تَسْمَعُونَ إِنَّ السَّمَاءَ أَطَّتْ وَحَقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا لِلَّهِ وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا

Artinya: “Sesungguhnya aku melihat apa yang kalian tidak lihat, dan aku mendengar apa yang kalian tidak dengar, ringkihan langit. Dan memang pantas langit bersuara ringkih karena di setiap jarak empat jari di langit ada Malaikat yang menaruh keningnya untuk sujud kepada Allah. Demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis,” (HR at-Tirmidzi). 

Itulah sepenggal keistimewaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang juga menjadi bukti kenabian beliau.

Wallohu A’lam
Oleh Ibayyana Ika Prastya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *