Akidah & AkhlakHikmah & Wawasan

Benarkah Bulan Safar Bulan Kesialan, Simak sampai Tuntas

AYATINA – Bulan Safar adalah bulan kedua setelah bulan Muharram dalam kalender Hijriyah. Penamaan pada bulan Safar memiliki keterkaitan dengan keadaaan masyarakat Arab dahulu.

Hal ini merujuk pada mitos masyarakat terdahulu yang meyakini bahwa bulan ini sebagai bulan kesialan. Untuk mengetahui alasan dibalik mitos ini, simak penjelasan berikut sampai tuntas.

Kata safar itu sendiri memiliki arti “sepi” atau “sunyi”. Hal ini sesuai dengan keadaan masyarakat Arab dahulu yang sepi pada bulan Safar, karena orang-orang keluar meninggalkan rumah untuk perang dan bepergian. Sebagaimana penjelasan Imam Ibnu Katsir dalam bukunya yang berjudul Tafsirubnu Katsir bahwa:

 صَفَرْ: سُمِيَ بِذَلِكَ لِخُلُوِّ بُيُوْتِهِمْ مِنْهُمْ، حِيْنَ يَخْرُجُوْنَ لِلْقِتَالِ وَالْأَسْفَارِ 

Artinya: “Safar dinamakan dengan nama tersebut, karena sepinya rumah-rumah mereka dari mereka, ketika mereka keluar untuk perang dan bepergian.”

Pada zaman jahiliyah, zaman ketika masyarakat Arab belum mengenal ajaran tauhid, mayoritas dari mereka mempercayai bahwa pada bulan Safar akan terjadi musibah yang luar biasa dan akan terjadi cobaan melebihi bulan-bulan lainnya. Hingga mereka menyimpulkan bahwa bulan Safar adalah bulan kesialan.

Ibnu Manzur, pemilik nama asli Muhammad bin Mukarram bin Ali bin Mandzur al-Anshary menjelaskan bahwa ada tiga alasan masyarakat menyebut bulan Safar sebagai bulan kesialan. Berikut penjelasannya:

1. Sebagaimana penjelasan Ibnu Katsir bahwa bulan Safar adalah bulan sepi, karena sebagian besar masyarakat Arab meninggalkan kampung halamannya.

2. Masyarakat Arab memiliki kebiasaan memanen semua tanaman yang mereka tanam, dan mengosongkan tanah-tanah mereka dari tanamanan pada bulan Safar.

3. Pada bulan Safar masyarakat Arab memiliki kebiasaan memerangi setiap kabilah yang datang, sehingga kabilah-kabilah tersebut harus pergi tanpa bekal (kosong), akibat rasa takut pada serangan-serangan tersebut.

BACA JUGA: Syawal Bukan Bulan Sial untuk Menikah, Justru Sangat Dianjurkan

Bulan di sisi Allah SWT adalah dua belas bulan, dan di antaranya terdapat empat bulan haram.  Para ulama dan ahli tafsir bersepakat, bahwa empat bulan haram tersebut adalah bulan Muharram, Dzulqaidah, Dzulhijjah dan Rajab. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 36:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنا عَشَرَ شَهْراً في‏ كِتابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّماواتِ وَ الْأَرْضَ مِنْها أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَ قاتِلُوا الْمُشْرِكينَ كَافَّةً كَما يُقاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَ اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقينَ 

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah SWT ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah SWT di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulanyang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta dengan orang-orang yang bertakwa.”
Pada hakikatnya semua bulan merupakan waktu yang baik. 

Allah SWT memilih empat bulan haram di antaranya, karena memiliki keistimewaan tersendiri. Namun, bukan berarti bulan yang lainnya tidak baik, khususnya bulan Safar.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menolak anggapan bahwa bulan Safar adalah bulan sial. Hal ini Rasulullah SAW ungkapkan dalam hadits berikut ini: 

لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الْأَسَدِ

Artinya: “Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula tanda kesialan, tidak (pula) burung (tanda kesialan), dan juga tidak ada (kesialan) pada bulan Safar. Menghindarlah dari penyakit judzam sebagaimana engkau menghindar dari singa,” (HR Bukhari).

Menurut Habib Abu Bakar Al-Adni ada lima bukti peristiwa yang menolak keyakinan masyarakat jahiliah atas keyakinannya yang menganggap bahwa bulan safar merupakan bulan kesialan, berikut penjelasannya:

1. Rasulullah SAWmelangsungkan pernikahan dengan Sayyidah Khadijah pada bulan Safar.

2. Pernikahan antara Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah Az-Zahra juga di bulan Safar.

3. Hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah bertepatan dengan bulan Safar.

4. Perang pertama yaitu perang Abwa terjadi pada bulan Safar, dan perang ini, umat Islam mendapatkan kemenangan telak.

5. Pada bulan Safar juga terjadi peperangan hebat yaitu perang Khaibar, dan umat Islam juga mendapatkan kemenangan.

Demikian penjelasan tentang mitos bulan Safar bulan kesialan. Semoga bermanfaat, aamiin.

Wallohu A’lam
Oleh Sabingatun Dewi Masitoh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *