Biografi Said Nursi, Ulama Asal Turki yang Mencengangkan Dunia
AYATINA – Said Nursi merupakan seorang tokoh ulama besar asal Turki yang mempunyai banyak prestasi dari berbagai dimensi. Ia memberikan kontribusi banyak pemikiran besar dalam dunia islam.
Melalui karakter dan kepribadian yang kuat sepanjang hidupnya, Said Nursi sudah dan tetap menjadi figur penting dalam dunia Islam pada abad kedua puluh, sehingga ia mendapatkan gelar Badiuzzaman Said Nursi.
Masa Kecil Said Nursi
Berdasarkan sumber dari buku Api Tauhid Cahaya Keagungan Cinta Sang Mujaddid karya Habiburrahman El Shirazi bahwa Said Nursi lahir pada tahun 1877 M di desa Nurs, Kecamatan Isparit, Kota Hizan, Provinsi Bitlis, Anatolia Timur.
Said Nursi merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara, di antaranya empat laki-laki dan tiga perempuan. Mereka adalah Duriye, Hanim, Abdullah, Said, Mehmed, Abdul Macid, dan Mercan.
Orang tua Said Nursi berasal dari keluarga sederhana (pekerja petani). Said bin Mirza terkenal dengan panggilan Said Nursi karena merujuk kepada tempat kelahirannya yaitu desa Nurs.
Ayahnya bernama Mirza dan ibunya adalah Nuriye. Keduanya mengasuh Said Nursi hingga ia mencapai usia sembilan tahun.
Menurut penjelasan dalam skripsi yang berjudul Pemikiran Said Nursi (1876-1960 M) tentang Integrasi Antara Agama dan Sains Modern oleh Ria Anjaswati, bahwa Mirza wafat pada tahun 1920 M dan ibunya wafat sekitar waktu perang dunia satu dan keduanya dimakamkan di Nurs.
Said Nursi pernah mengatakan bahwa ia banyak belajar dari kedua orang tuanya. Dari ibunya, ia belajar merasa kasih sayang dan dari ayahnya ia belajar menerapkan disiplin dan teratur.
BACA JUGA: 3 Keutamaan yang Didapatkan bagi Orang yang Berilmu, Simak
Pendidikan Said Nursi
Di usia Said Nursi yang muda ini, kondisi rohaninya mendorong ia untuk merenungkan kondisi kakaknya yaitu Mulla Abdullah yang menggunakan seluruh waktunya untuk mendapatkan ilmu dan menjadikannya bekal dalam menjalani hidupnya.
Melalui itu, Said Nursi merasa kagum kepada kakaknya, karena ia bisa menjadi cahaya (teladan masyarakat) di tengah keadaan teman-teman Said Nursi yang masih gelap (buta huruf).
Mulai dari motivasi inilah, Said Nursi memutuskan untuk mencari ilmu dengan penuh semangat dan sungguh-sungguh.
Pada tahun 1882 M, Said Nursi mulai belajar di kuttab (madrasah) yang pemimpinnya adalah Muhammad Afandi di desa Tag. Ia juga belajar kepada kakaknya, Abdullah, pada setiap liburan akhir pekan.
Tidak lama kemudian, Said Nursi berpindah belajarnya ke madrasah di desa Birmis. Tahun 1888 M ia pergi ke Bitlis untuk mendaftarkan diri di sekolah Syaikh
Amin Afandi, hanya sebentar pula, karena Syekh tersebut menolak mengajarnya karena alasan usia yang belum cukup.
Lanjut belajar di sekolah Mir Hasan Wali daerah Mukus, namun hanya bertahan selama sebulan. Selanjutnya Said Nursi sekolah di Bayazid, di sinilah ia mulai belajar ilmu agama dasar, karena sebelumnya baru belajar nahwu dan shorof saja.
Belajar di Bayazid dalam bimbingan Syaikh Muhammad Jalali hanya berlangsung selama tiga bulan. Tetapi, dengan ilmu inilah yang memberinya kunci menuju ilmu-ilmu agama yang kelak menjadi landasan pemikiran dan karya-karya fundamentalnya.
Di sinilah Said Nursi mulai terlihat kecerdasannya, ia membaca, menghafal, menelaah suatu bacaan atau ilmu dengan mudah. Ia mampu berpikir kritis, sehingga kecerdasannya berkembang hingga di atas rata-rata kemampuan anak seusianya, yang saat itu ia berusia empat belas atau lima belas tahun.
Mengembangkan Keilmuan
Said Nursi juga belajar secara otodidak, yaitu dengan cara menelaah buku, ia sanggup menguasai satu buku yang tebalnya dua ratus halaman dalam jangka waktu 24 jam.
Karena kesungguhannya dalam menuntut ilmu, ia rela mengurung diri untuk fokus belajar, sehingga ia terpisah sementara dengan hubungan sosial dunia luar. Hal ini didasarkan pada Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 69:
{ وَٱلَّذِینَ جَـٰهَدُوا۟ فِینَا لَنَهۡدِیَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِینَ }
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.”
Mendapatkan Gelar Badiuzzaman
Said Nursi mendapatkan diploma dari Syaikh Jalali yang kemudian dikenal sebagai Mullah Said. Pada tahun 1946 M saat sedang pengasingan di Emirdag, Said Nursi menulis surat untuk muridnya.
Melalui surat itulah terungkap hasil dari kesungguhan dan semua prestasi Said Nursi, bahwa ia diberi gelar Badiuzzaman Said Nursi (keajaiban zaman) oleh Mullah Fathullah Afandi. Isi surat tersebut adalah:
“Saudaraku yang selalu penasaran, Re’fet Bey, kamu ingin informasi tentang karya-karya Badiuzzaman Hamadani pada abad ketiga hijriah. Yang ku tahu tentangnya adalah bahwa dia memiliki kecerdasan dan kekuatan ingatan yang luar biasa. Lima puluh lima tahun yang lalu salah satu guru pertamaku, almarhum Mullah Fathullah Afandi dari Siirt, menyamakan Said yang lama dengannya dan memberinya nama itu.”
Akhir Hayat Said Nursi
Said Nursi hidup selama 85 tahun. Ia habiskan sebagian besar usianya untuk menjunjung tinggi nilai-nilai islam. Caranya dengan menjalankan kegiatan secara bijak dan ketelitian.
Itu semua didasarkan pada pemikiran yang logis sesuai ajaran dalam Al-Qur’an dan contoh-contoh dari Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Tiba saat Said Nursi menginjak usia tua, ia melaksanakan serangkaian perjalanan ke berbagai tempat. Seakan-akan ia hendak menyampaikan selamat tinggal kepada para muridnya.
Pada tanggal 19 Desember 1959 M, Said Nursi pergi ke Ankara lalu ke Amir Dag, dari sana pergi lagi ke Qunia, selanjutnya kembali lagi ke Ankara. Kemudian Said Nursi pergi ke Qunia dan hari itu pula perjalanan dilanjutkan ke Asbarithah.
Pada bulan Maret 1960 M, Said Nursi mengalami sakit sebab terserang penyakit paru-paru. Pada tanggal 18 Maret 1960 M, penyakit yang dideritanya semakin parah, sehingga membuatnya sering jatuh pingsan.
Suatu hari Said Nursi pernah jatuh pingsan, lalu ia tidur nyenyak dan bangun lalu mengambil wudhu serta mengganti pakaiannya. Ketika itu, tampak beliau seperti sudah total sembuh dari sakitnya.
Said Nursi pun mengerjakan sholat subuh dan sesudah itu memanggil para muridnya, satu persatu, lalu mengucapkan selamat tinggal.
Setelah hari itu, kondisi kesehatan Said Nursi membaik hingga tanggal 10 Ramadhan, namun setelah kondisinya kembali sakit. Ia meminta murid-muridnya untuk membawanya ke Urfah. Pada tanggal 20 Maret 1960 M, ia wafat di Sanliurfa.
Demikianlah biografi Badiuzzaman Said Nursi seorang ulama asal Turki yang mencengangkan dunia. Semoga kita dapat menerapkan keteladannya hingga akhir hayat, aamiin.
Wallohu A’lam
Oleh Founder Ayatina