Hikmah & WawasanTokoh & Sejarah

Hikmah dari Peristiwa Penting di Bulan Muharram dan Amalannya

AYATINA – Para nabi ulul azmi mengalami peristiwa penting di bulan Muharram. Pada part satu sudah menjelaskan sebagian peristiwa yang terjadi kepada nabi ulul azmi di bulan Muharram. Pada artikel ini akan melanjutkan part duanya.

Selain itu, terdapat hikmah dibalik peristiwa penting yang terjadi kepada nabi ulul azmi di bulan Muharram dan amalan yang sangat dianjurkanSimak penjelasan berikut sampai tuntas.

Melansir dari detik.com/hikmah, Ketika orang-orang Yahudi hendak menangkap Nabi Isa alaihis salam untuk menyalibnya, Allah subhanahu wa ta’ala mengangkat Nabi Isa AS ke langit.

Allah SWT menyerupakan Yudas Iskarot dengan wajah Nabi Isa AS, sehingga Yudas Iskarot yang disalib oleh orang Yahudi. Waktu Allah SWT mengangkat Nabi Isa AS bertepatan pada tanggal 10 Muharram.

Kisah Nabi Isa AS terdapat dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 157 dan 158:

وَّقَوْلِهِمْ اِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللّٰهِۚ وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُۗ مَا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًاۙ . بَلْ رَّفَعَهُ اللّٰهُ اِلَيْهِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا .

Artinya: “(Kami menghukum pula mereka) karena ucapan mereka, ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Almasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,’ padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang menurut mereka menyerupai (Isa). Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentangnya (pembunuhan Isa), selalu dalam keragu-raguan terhadapnya. Mereka benar-benar tidak mengetahui (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), kecuali mengikuti persangkaan belaka. Jadi, mereka tidak yakin telah membunuhnya. Akan tetapi, Allah telah mengangkatnya (Isa) ke hadirat-Nya. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

BACA JUGA: Catat, Inilah 10 Sahabat Rasulullah yang Dijamin Masuk Surga

Pada tanggal 1 Muharram, Nabi Muhammad SAW beserta umatnya melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah. Hijrah ini merupakan hijrah ketiga setelah hijrah ke Habasyah dan Thaif yang terjadi setelah Baiat Aqabah II yang sebelumnya terjadi di bulan Dzulhijjah.

Kisah ini berawal dari adanya tekanan dan ancaman yang penganut Islam rasakan di Mekah. Selama tiga belas tahun setelah diangkat menjadi rasul, Nabi Muhammad SAW mengalami banyak kendala dalam mendakwahkan agama Islam.

Kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk berhijrah menuju Madinah. Hijrah ini menjadi tonggak penyebaran agama Islam yang semakin luas. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 218:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Pada awalnya, hanya sedikit yang menyambut dakwah Nabi Muhammad SAW. Hingga suatu ketika di Aqabah, daerah antara Mina dan Mekkah, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan sekelompok kabilah Khazraj yang menerima dengan terbuka dakwah beliau.

Di Aqabah itu, pembaitan pertama dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan menjadi cikal bakal terbentuknya masyarakat Islam di Madinah.

Setahun berikutnya terdapat dua belas lelaki dari Anshar, kaum berasal dari Madinah menemui Nabi Muhammad SAW dan menyatakan tunduk ke agama Islam. Sejak itu, kekuatan Islam mulai terbangun di Madinah.

Kelima peristiwa tersebut seolah-olah membawa kisah yang penuh renungan dan pelajaran. Kemuliaan bulan Muharram menjadi bulan Allah SWT menyelamatkan perjuangan para nabi dan rasul.

Hal ini mengajarkan kepada pembebasan manusia dari ketertindasan dan mara bahaya. Oleh karenanya, bulan Muharram sangat layak menjadi bulannya kemerdekaan bagi umat Islam.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 36:

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Empat bulan tersebut adalah bulan Muharram, Dzulkaidah, Dzulhijjah, dan Rajab.

Dengan memperbanyak ibadah menjadi bentuk jihad seorang muslim kepada Allah SWT. Khususnya dilakukan di bulan Muharram yang mulia. Ketika mengerjakan amalan baik, seseorang akan mendapat lipatan ganda pahala.

Hal ini Rasulullah SAW jelaskan dalam haditsnya berikut ini:

 فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا

Artinya: “Sesungguhnya darah kalian, harta-harta kalian, dan kehormatan kalian adalah haram atas sesama kalian. Sebagaimana haramnya hari kalian ini di negeri kalian ini dan pada bulan kalian ini,” (HR Bukhari).

Salah satu ibadah di bulan Muharram yaitu puasa asyura. Banyak hadits yang menjelaskan keutamaan dari puasa ini. Sebagaimana dalam hadist nabi berikut:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

Artinya: “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah sholat malam,” (HR Hijrah ini menjadi tonggak penyebaran agama Islam yang semakin luas.). 

Keutamaan puasa asyura juga Nabi Muhammad SAW jelaskan dalam hadits berikut ini:

قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

Artinya: “Beliau (Nabi Muhammad SAW) juga ditanya mengenai keistimewaan puasa asyura? Beliau menjawab: ‘Puasa asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu’,” (HR Muslim).

Demikian lima peristiwa penting nabi ulul azmi pada bulan Muharram, hikmah, dan amalan yang sangat Nabi Muhammad SAW anjurkan. Semoga kita dapat mengamalkannya, aamiin.

Wallohu A’lam
Oleh Sabingatun Dewi Masitoh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *