Hikmah & Wawasan

Inilah 10 Profil Islam Sejati, Simak Penjelasannya, Part 2

AYATINA –  Profil adalah gambaran tentang seseorang yang mencerminkan identitas dan kepribadian. Tidak hanya memberikan informasi tentang diri seseorang, profil juga mampu menggambarkan potensi dan karakteristik yang umat Islam miliki. Pada artikel ini akan menjelaskan kelanjutan dari profil umat Islam yang telah penulis jelaskan di artikel sebelumnya.

Setiap manusia mempunyai kecenderungan yang baik dan buruk. Kecenderungan melakukan yang buruk atau yang biasa dikenal dengan sebutan hawa nafsu, harus dilawan agar keburukan tidak menimpa dirinya. Butuh kesungguhan berjuang dalam melawan nafsu tersebut. Inilah yang menjadi ciri khas pribadi muslim sejati.

Hawa nafsu ini hendaknya dikendalikan dengan ajaran Islam, agar hawa nafsu ini tidak membuat dirinya celaka. Perumpamaan orang yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya sama halnya dia seperti binatang. Hal ini Allah SWT jelaskan dalam surah Al-Furqan ayat 43 dan 44:

أَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَٱلْأَنْعَٰمِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

Artinya: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” 

Dalam Islam waktu adalah hal yang sangat penting, bahkan Allah SWT banyak bersumpah dengan waktu di dalam Al-Qur’an. Setiap umat Islam amat dituntut untuk mengatur waktu dengan sebaik-baiknya dan jangan sampai sia-sia. 

Rasulullah SAW menyebutkan ada lima perkara mengenai momentum yang harus dimanfaatkan sebelum datang lima momentum lain yang tidak diinginkan. Sebagaimana penjelasan hadits nabi berikut ini:

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

Artinya: “Manfaatkanlah lima hal sebelum lima hal lainnya: masa mudamu, sebelum kamu menjadi tua; kesehatanmu, sebelum kamu jatuh sakit; kekayaanmu, sebelum kamu menjadi miskin; waktu luangmu sebelum kamu menjadi sibuk; dan hidupmu, sebelum kematianmu,” (HR Al-Bukhari).

Allah SWT telah memberikan waktu 24 jam sehari semalam. Di antara manusia akan ada yang beruntung dan tak sedikit rugi. Hal ini kembali kepada diri masing-masing apakah memanfaatkan dengan baik atau menyia-nyiakannya. 

Sungguh Islam selalu mengajarkan untuk menghargai waktu dengan sebaik-baiknya agar menjadi beruntung, bukan malah rugi. Sungguh celaka bagi mereka yang jika hari sekarang lebih buruk dari hari kemarin.

Hukum Islam mengajarkan bahwa baik yang berkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dengan baik. Bahwasanya setiap manusia diuji, dan hendaknya ujian itu dilalui dengan sebaik-baiknya penyelesaian. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al-Mulk ayat 2:

ࣙالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

Artinya: “Yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Rasulullah  SAW juga mengajarkan untuk melakukan kerja sama untuk meringankan suatu urusan jika memang diperlukan. Musyawarah menjadi solusi untuk mengatasi segala urusan yang tidak dapat diselesaikan sendiri. Allah SWT mencintai mereka yang bergotong royong dalam kebaikan.

Salah besar jika masyarakat menganggap Islam adalah agama yang miskin. Rasulullah SAW dan para sahabat yang kepribadiannya dalam sejarah, sering digambarkan dengan kesederhanaan bukan berarti mereka miskin, sehingga membuat asumsi bahwa Islam adalah agama yang miskin. 

Hal ini sungguh tidak benar, padahal kepribadian sederhana adalah sifat yang harus setiap manusia miliki. Bukankah Rasulullah SAW dari remaja sudah berdagang, bahkan sejarah mencatat bahwa beliau berdagang sampai ke luar kota. 

Para sahabat juga banyak yang terkenal kaya hartanya seperti Amirul Mukminin pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau sangat dermawan, terbukti dengan kerelaan menyumbang seluruh hartanya untuk dakwah Islam.

Oleh karena itu, menjadi ciri khas Islam bagi mereka yang memiliki kemampuan usaha sendiri, baik melalui berdagang atau jasa. Rizki setiap umat Islam sudah Allah SWT atur, tinggal bagaimana dia mengupayakan. Islam selalu mengajarkan untuk ikhtiar dalam mengupayakan usaha dan melarang menjadi seorang peminta. Sebaimana penjelasan dalam hadits nabi berikut ini:

مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تكرا فإنَّما يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِل أو ليستكثر

Artinya: “Barang siapa meminta-minta kepada orang lain dengan tujuan untuk memperbanyak kekayaannya, sesungguhnya ia telah meminta bara api; terserah kepadanya, apakah ia akan mengumpulkan sedikit atau memperbanyaknya,” (HR Muslim).

|| BACA JUGA : 5 Tips Melatih Kesabaran dalam Menghadapi Ujian Hidup

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.Maka, menjadi orang bermanfaat menjadi salah satu ciri khas pribadi muslim sejati. Islam sangat melarang seseorang yang tidak peduli dengan lingkungannya. Tidak benar jika seorang Islam hanya memperhatikan hubungannya dengan Allah SWT dan mengabaikan hubungannya dengan manusia. 

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 7:

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا

Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai.”

Al-Qur’an dan hadits selalu mengajarkan untuk melakukan hubungan baik dengan manusia serta saling tolong menolong dalam kebaikan. Oleh karena itu, pribadi Islam sejati ialah dia yang selalu mengupayakan dirinya bermanfaat di sekitarnya dimanapun dia tinggal. Jangan sampai mengabaikan dan tidak mengambil peranan yang baik di masyarakat.

Di masa kini tidak sedikit orang yang katanya penganut agama Islam, namun kepribadiannya tidak mencerminkan Islam. Maka, menjadi upaya bagi setiap umat Islam untuk menumbuhkan pribadi yang sejati sesuai ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah. 

Penting untuk selalu ditegaskan bahwa Islam adalah agama yang indah, seluruh aspek dibahas dengan detail. Inilah yang menjadi keistimewaan Islam.

Demikian penjelasan sepuluh ciri khas pribadi Islam sejati. Semoga bermanfaat, aamiin. Simak kembali part 1 di sini.

Wallohu A’lam
Oleh Sabingatun Dewi Masitoh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *