Inilah Alasannya Mengapa Ilmu Itu Penting Dimiliki, Simak
AYATINA – Ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting. Ilmu ibaratnya adalah sebuah mata bagi tiap-tiap manusia untuk dapat melihat yang terang, sehingga jauh dari yang gelap.
Ilmu adalah cahaya yang senantiasa menerangi jalan pemiliknya. Itulah pentingnya ilmu, bahkan sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan umatnya untuk mencari ilmu, sebagaimana dalam haditsnya yang berbunyi:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: “Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim,” (HR Thabrani).
Hadits tersebut menjelaskan bagaimana pentingnya ilmu. Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu. Sebab, ilmu akan memudahkan pemiliknya untuk melakukan setiap hal yang hendak ia kerjakan.
Misalnya saja seseorang yang hendak memakai sarung. Ia akan kesulitan memakai sarung atau bahkan tidak bisa memakainya bila ia tidak memiliki ilmu sarungan. Sarung yang dikenakan oleh orang yang tidak memiliki ilmu dalam bersarung akan mudah lepas.
Beda halnya dengan orang yang memiliki ilmunya. Ia akan mudah memakainya, tidak perlu memakai ikat pinggang untuk menguatkan lipatan sarungnya, sarung tersebut akan kuat dan tidak mudah lepas.
Demikian pula dalam urusan ibadah. Ilmu akan memudahkan seseorang dalam hal ibadah. Orang yang hendak mengerjakan sholat akan dimudahkan dalam pelaksanaan sholatnya. Ia tidak akan kesulitan, misalnya sedang dalam perjalanan.
Ia mengetahui bagaimana cara mengerjakan sholat ketika seseorang sedang dalam perjalanan. Begitu pula dengan ibadah lainnya, seperti zakat, puasa, haji, dan sebagainya.
Selanjutnya, seseorang akan benar-benar merasakan betapa mudahnya melaksanakan syariat-syariat islam. Ia tidak akan menganggap bahwa syariat islam itu menyusahkannya. Oleh karena itu, ilmu menjadi hal yang utama.
Ilmu menjadi kunci bagi setiap orang untuk melakukan segala hal. Bahkan, beberapa ulama dalam karyanya menempatkan ilmu sebagai pembahasan yang pertama, seperti contohnya adalah Imam Al Ghazali dengan kitabnya Ihya’ Ulumiddin.
Keutamaan Ilmu
Kitab Mawaidzul Usfuriyyah karya Syekh Muhammad bin Abu Bakar al-Usfuri menceritakan kisah Sayyidina Ali karramallahu wajhahu yang ditanya para sahabat ketika hendak meyakinkan diri mereka terhadap apa yang disampaikan Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW mengatakan kepada para sahabatnya bahwa ia adalah madinatul ‘ilm (kotanya ilmu) dan Sayyidina Ali radhiyallahu anhu adalah pintunya. Maka kemudian para sahabat mendatangi Sayyidina Ali RA untuk meyakinkan diri mereka tentang hal itu.
Para sahabat secara bergantian menanyakan hal yang sama, yaitu mana yang lebih utama antara ilmu dan harta? Masing-masing sahabat yang mengajukan pertanyaan yang sama, kemudian sayyidina Ali RA menjawab dengan jawaban yang sama, namun dengan alasan yang berbeda.
Sayyidina Ali menjawab bahwa ilmu lebih utama daripada harta. Adapun alasannya ialah: pertama, ilmu menjaga pemiliknya, sedangkan harta menuntut pemiliknya untuk menjaganya.
Kedua, ilmu mengundang banyak teman, sedangkan harta mengundang banyak musuh. Ketiga, ilmu akan bertambah saat diamalkan, sedangkan harta akan berkurang tatkala digunakan.
Keempat, ilmu menjadikan mulia pemiliknya, sedangkan harta akan membuat pemiliknya dicap sebagai orang yang pelit. Kelima, pemilik ilmu akan mendapat syafa’at di hari kiamat, sedangkan harta di sisi pemiliknya akan dikenai tanggung jawab.
Keenam, sekalipun didiamkan, ilmu tidak akan lenyap, sedangkan harta akan mengalami kerusakan. Ketujuh, ilmu akan menjadi penerang hati, sedangkan harta membuat hati menjadi keras.
Kedelapan, orang yang berilmu akan dikenal sebagai ilmuwan, sedangkan harta menjadikan pemiliknya hanya sebagai tuan besar.
Demikianlah pentingnya memiliki ilmu. Kisah di atas hanya sebagian penjelasan dari banyak keutamaan ilmu. Ilmu tidak hanya membuat segala yang susah menjadi mudah, menjadikan yang gelap menjadi terang, bahkan ia pula memberikan keberkahan dalam hidup seseorang.
Jadi, sejatinya perintah diwajibkannya menuntut ilmu ini merupakan bentuk kasih sayang Rasulullah SAW kepada para umatnya, yaitu agar menjadi pribadi yang mulia.
Wallohu A’lam
Oleh Diki Kurniawan