Akidah & AkhlakTokoh & Sejarah

Inilah Sejarah dan Makna Idul Adha bagi Umat Islam, Simak

AYATINA – Idul Adha atau hari raya kurban, merupakan salah satu hari besar Islam yang memiliki sejarah dan makna sangat mendalam.

Hari Raya idul adha berlangsung sekitar dua bulan lebih sembilan hari tepat setelah berlalunya hari raya Idul Fitri. Tidak seperti idul fitri, idul adha memiliki historis panjang yang diperingati setiap tahunnya.

Hari raya ini diawali dengan kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dengan putranya Nabi Ismail AS. Mengutip buku Di Balik 7 Hari Besar Islam karya Muhammad Sholikhin, para ulama tafsir berpendapat bahwa ibadah kurban pertama kali muncul pada masa Nabi Ibrahim AS.

Ustadz Fauzan yang merupakan salah satu pengurus Lembaga Dakwah Nadhlatul Ulama (LDNU) dalam situs lifestyle.okezone.com, menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim AS membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dikarunia seorang buah hati.

Ia selalu berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar mendapatkan keturunan yang sholeh. Hari demi hari ia berdoa, akhirnya doanya dikabulkan oleh Allah SWT.

Pada akhirnya, lahirlah seorang anak dari rahim istrinya, Siti Hajar. Kemudian, anak tersebut diberi nama Ismail. Nabi Ibrahim AS sangat bahagia dengan kelahiran seorang anak yang sangat dinanti-nanti olehnya.

Akan tetapi, perasaannya pun berubah dengan cepat. Hanya sebentar saja ia merasakan kebahagiaan. Pasalnya, Allah SAW telah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim AS untuk mengorbankan putranya yang sangat ia cintai, Nabi Ismail AS.

Perintah ini datang melalui mimpinya Nabi Ibrahim AS, yang disebut sebagai wahyu dalam ajaran islam. Perintah ini sangat berat dan sulit diterima oleh keduanya, baik Nabi Ibrahim AS maupun Nabi Ismail AS.

Walaupun demikian, mereka tetap menaati perintah Allah SWT tersebut dengan rasa ikhlas dan sabar yang luar biasa.

Nabi Ibrahim AS menghadapi semua ujian tersebut dengan penuh keimanan dan ketakwaan. Ia menceritakan mimpinya perihal perintah Allah SWT kepada putranya, Nabi Ismail AS.

Melansir pada situs gramedia.com, Nabi Ismail AS yang masih berusia antara 6-7 tahun, masih sangat muda, menunjukkan keberanian dan keimanan yang luar bisa. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ash-Shaffat ayat 102 sebagai berikut:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’.”

Saat Nabi Ibrahim AS bersiap untuk melaksanakan perintah tersebut, Allah SWT menunjukkan rahmat-Nya yaitu menggantikan Nabi Ismail AS dengan seekor domba besar ketika pisau hampir mengenai leher Nabi Ismail AS.

BACA JUGA: 9 Amalan Sunnah di Hari Raya Idhul Adha yang Sangat Dianjurkan

Peristiwa ini menjadi simbol penting dari pengorbanan, ketaatan dalam islam, dan bukti rahmat, serta kemurahan Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya.

Oleh karenanya, perayaan idul adha memberikan pelajaran penting, yaitu sebagai berikut:

Dengan berkurban, secara tidak langsung seorang muslim telah bersiap untuk mengorbankan hartanya sebagai bukti kepatuhan kepada Allah SWT.

Kualitas ibadah dalam berkurban termasuk niat, kesadaran hamba akan hak Allah SWT, dan pengorbanan dengan ikhlas.

Dalam berkurban, seorang muslim secara ikhlas menyembelih hewan dengan memberikan sebagian dari harta mereka kepada Allah SWT sebagai bentuk pengabdiannya.

Menyadari dan bersedia untuk mengorbankan sesuatu yang berharga demi tercapainya suatu tujuan yang mulia. Hal ini mengajarkan nilai-nilai pengendalian diri, kesabaran, dam ketulusan dalam beribadah.

Demikian sejarah dan makna idul adha, menggali sejarah dan makna idul adha melalui kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS tidak hanya menjadi sebuah ritual belaka, tetapi juga dapat memberikan manfaat konkret bagi umat muslim dan masyarakat luas.

Karenanya, ibadah kurban dapat menjadi salah satu cara untuk meraih keridhoan Allah SWT dan juga memperkuat kehidupan bermasyarakat, serta dapat membangun hubungan sosial yang harmonis.

Wallohu A’lam
Oleh Ahmad Muzakki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *