Fiqih & Ushul Fiqih

Lakukan 4 Sifat Ini agar Sholat Diterima, Simak Penjelasannya

AYATINA – Sholat adalah rukun Islam yang kedua dan wajib hukumnya bagi umat Islam menunaikan sesuai syariat. Sholat menjadi ibadah utama dalam mengingat Allah subhanahu wa ta’ala. Maka, penting bagi umat Islam mengupayakan sholat yang baik dan benar agar Allah SWT menerima sholatnya.

Pada artikel ini akan menjelaskan empat sifat agar sholat diterima. Simak sampai tuntas.

Sholat teramat penting bagi umat Islam, karena merupakan tiang agama dan menjadi amalan yang pertama kali Allah SWT hisab. Bahkan juga menjadi kunci diterima atau tidaknya semua amal manusia. Sebagaimana penjelasan dalam hadits nabi berikut ini:

 إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ

Artinya: Pada hari kiamat pertama kali yang akan Allah hisab atas amalan seorang hamba adalah sholatnya, jika sholatnya baik maka ia akan beruntung dan selamat, jika sholatnya rusak maka ia akan rugi dan tidak beruntung,” (HR Tirmidzi).

Selain itu, sholat merupakan identitas umat Islam. Seseorang yang meninggalkan sholat dapat tergolong kafir. Sebagaimana penjelasan dalam hadits nabi berikut ini: 

العَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

Artinya: “Perjanjian yang mengikat antara kita dan mereka adalah sholat, maka siapa saja yang meninggalkan sholat, sungguh ia telah kafir,” (HR Tirmidzi).

Maka, sebagai umat Islam hendaknya dalam menunaikan sholat memperhatikan tata caranya dengan benar. Tidak hanya sekedar sesuai gerakan, akan tetapi juga paham hakikat menunaikan ibadah sholat ini, sehingga Allah subhanahu wa ta’ala menerima sholatnya. 

Mengutip buku yang berjudul Syarhu-Matnul Arbain An-Nawawi, Almirzabani mengatakan bahwa ada empat sifat supaya sholat diterima. Berikut penjelasannya:

Sholat merupakan ibadah yang langsung berhadapan dengan Allah SWT. Maka, penting seseorang menghadirkan hatinya hanya tertuju kepada Allah SWT. Menghadirkan hati ketika sholat menjadi upaya keikhlasan dalam beribadah. Hal ini sesuai dengan penjelasan hadits nabi berikut ini:

وأمرَكُم بالصَّلاةِ فإذا صَلَّيتُم فلا تَلتَفِتوا فإنَّ اللهَ ينصِبُ وجهَهُ لوَجهِ عَبدِهِ في صَلاتِهِ ما لَم يَلتَفِتْ

Artinya: “Dan aku memerintahkan kamu untuk sholat, jika kamu sholat maka janganlah kamu berpaling (menoleh) karena sesungguhnya Allah menghadapkan wajah-Nya ke wajah hamba tersebut dalam sholat selama dia tidak berpaling,” (HR Bukhari).

Maksud dari hadits ini, tidak lain memerintahkan umat Islam ketika sholat hendaknya menghadirkan hatinya. Merasa dirinya sedang berhadapan langsung dengan Allah SWT, Tuhan yang menciptakan dirinya. Selayaknya hati hanya tertuju kepada Allah SWT, sehingga ia dapat merasakan khidmatnya menunaikan sholat. Bukan malah memikirkan hal lain dan mengabaikan kehadiran hati.

Kesadaran akal menjadi hal yang sangat penting dalam menunaikan ibadah sholat. Tidak mungkin orang gila mampu menunaikan sholat dengan benar. Adapun orang yang tidak sadar akalnya meski dia tidak gila juga demikian. Akal yang sehat dan sadar menjadi hal yang dapat mempengaruhi kualitas ibadah yang dilakukan. 

Ar-Ragib Al-Ashfahani menyebutkan tentang hal ini dalam kitabnya yang berjudul Az-Zari’ah Ila Makarimis Syari’ah sebagai berikut: 

  الْعَقْلُ إِذَا أَشْرَقَ فِي الْإِنْسَانِ يَحْصُلُ عَنْهُ الْعِلْمُ وَالْمَعْرِفَةُ وَالدِّرَايَةُ وَالْحِكْمَةُ 

Artinya: “Ketika akal bersinar dalam diri seseorang, maka ilmu, ma’rifah, pengetahuan, dan hikmah akan diperoleh darinya.”

Suatu ibadah akan lebih sempurna jika adanya kesadaran akal dalam diri umat Islam. Manusia pada hakikatnya diciptakan dengan mempunyai akal, maka dalam menjalankan segala tindakan akal tersebut selalu menghadirkannya, khususnya dalam beribadah sholat.

|| BACA JUGA: Cara dan Hal Sunnah dalam Mengerjakan Qadha Sholat, Simak

Terpenuhinya rukun sholat merupakan syarat wajibnya sholat. Tidak sah sholatnya jika ada salah satu rukun yang terabaikan. 

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bahkan bersabda bahwa seseorang yang tidak sempurna melakukan rukun sholat tergolong dalam sejahat-jahatnya pencuri. Berikut ini penjelasan hadits nabi tersebut:

أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ؟ قَالَ: لاَ يُتِمُّ رُكُوْعُهَا وَلاَ سُجُوْدُهَا.أَوْ قَالَ : لاَ يُقِيْمُ صُلْبَهُ فِي الرُّكُوْعِ وَ السُّجُودِ

Artinya: “’Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dari sholatnya.’ Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana mencuri dari sholatnya?’ Rasulullah SAW berkata: ‘Ia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya.’ Atau beliau bersabda: ‘Ia tidak menegakkan punggungnya ketika rukuk dan sujud’,” (HR Ahmad).

Kehusyukan dalam sholat bukanlah hal yang mudah. Namun, penting untuk mengupayakannya, karena husyuk adalah at-tadzallul wa al-khudhû’ (memperlihatkan esensi kerendahan dan ketundukan).

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 45:

   وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ  وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ   

Artinya: “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang husyuk.”

Maksudnya ketika orang yang mantap hati dalam melihat kesungguhan Allah SWT, maka akan hadir rasa ketundukan yang dapat membangun kehusyukan dalam sholat. Dengan demikian, akan mudah baginya melakukan sholat.

Mengutip dari nu.or.id, secara logika sederhananya, menurut Ar-Razi, sungguh mustahil bila seseorang rela sibuk melakukan sesuatu yang baginya tiada berguna sama sekali. Namun, bagi yang merasa bahwa hal itu sangat penting, bahkan pada dirinya terdapat candu spiritual (al-‘isyqu), pastilah akan ringan dan membahagiakan. 

Demikian penjelasan empat sifat yang hendaknya seseorang miliki ketika sholat agar sholatnya diterima. Semoga bermanfaat, aamiin.

Wallohu A’lam
Oleh Sabingatun Dewi Masitoh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *