Hikmah & Wawasan

3 Kemuliaan Bulan Muharram yang Jarang Diketahui

AYATINA – Bulan Muharram adalah salah satu bulan mulia di antara keempat bulan mulia lainnya yakni Rajab, Dzulkaidah, dan Dzulhijjah. Bulan Muharram dikatakan bulan mulia, tentunya karena memiliki kemuliaan tersendiri daripada bulan-bulan yang lainnya.

Pada artikel ini akan membahas bagaimana kemuliaan bulan Muharram ini dan cara untuk meraih kemuliaannya. Simak pembahasannya sampai tuntas.

Bulan Muharram yaitu berasal dari kata haram (حرم) yang maknanya adalah suci atau terlarang. Asal usul penyebutan ini karena sejak zaman dulu tepatnya pada bulan ini tidak boleh berperang dan membunuh. Larangan tersebut terus berjalan hingga masa Islam.

Selain itu, dalam penentuan awal mula tahun hijriyah pada zaman kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab, Utsman bin Affan mengusulkan Muharram.

Melansir dari bersamadakwah.net, berikut tiga alasan Utsman bin Affan menyebutkan bulan ini dengan sebutan bulan Muharram:

Pertamakarena sejak zaman dulu masyarakat Arab menganggap Muharram adalah bulan pertama. Kedua, umat Islam sudah menyelesaikan ibadah haji pada bulan Dzulhijjah. Ketiga, bulan Muharram adalah bulan munculnya tekad hijrah ke Madinah setelah pada Dzulhijjah terjadi Baiat Aqabah II.

Maka, bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender hijriyah, sehingga dapat diartikan juga 1 Muharram adalah tahun baru hijriyah (tahun baru Islam).

Kemuliaan bulan Muharram tidak hanya sekedar karena menjadi bulan awal dalam tahun hijriyah. Namun, di dalam bulan ini terdapat banyak peristiwa sejarah Islam yang istimewa.

Mengutip dari bersamadakwah.net, berikut ada sebelas peristiwa yang penting setiap umat Islam ketahui tentang kemuliaan bulan Muharram ini:

1. Nabi Adam ‘alaihis salam bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari dosa karena memakan buah khuldi dan Allah SWT menerima taubatnya.

2. Kapal Nabi Nuh ‘alaihis salam berlabuh di bukit Zuhdi setelah banjir dahsyat yang menenggelamkan mayoritas penduduk bumi pada masa itu.

3. Selamatnya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dari siksaan api atas perintah Raja Namrud.

4. Nabi Yusuf ‘alaihis salam bebas dari penjara Mesir.

5. Keluarnya Nabi Yunus ‘alaihis salam dari perut ikan dengan selamat.

6. Allah SWT menyembuhkan Nabi Ayyub ‘alaihis salam dari penyakitnya.

7. Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa ‘alaihis salam dari kejaran Fir’aun dan menenggelamkan Fir’aun di laut.

8. Pada bulan Muharram 1 H, muncul tekad hijrah ke Madinah setelah pada Dzulhijjah terjadi Baiat Aqabah II.

9. Pada bulan Muharram tahun 7 H, kaum muslimin berhasil memenangkan perang Khaibar.

10. Pada tanggal 1 Muharram 24 H, Umar bin Khattab dimakamkan setelah syahid dibunuh oleh Abu Lu’lu’ah, seorang Majusi.

11. Pada tanggal 10 Muharram 61 H, terjadi musibah besar. Husain, cucu Rasulullah SAW, dan keluarganya dibunuh di Karbala.

Merujuk pada dalil aqli dan naqli menjelaskan secara umum bahwa bulan Muharram merupakan bulan yang mulia di sisi Allah SWT dengan tiga kemuliaannya. Berikut ini ketiga kemuliaan bulan Muharram ini:

Bulan Muharram ialah salah satu bulan asyhurulharamAshurul haram (bulan haram) merupakan bulan yang memiliki kesucian dan kemuliaan.

Di antara bentuk kesucian dan kemuliaan bulan-bulan ini adalah umat Islam dilarang berperang, kecuali terpaksa atau jika kaum kafir menyerang dahulu. Umat Islam juga diingatkan agar lebih menjauhi perbuatan aniaya pada bulan haram.

Allah SWT berfirman dalam Alquran surah At-Taubah ayat 36:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِعِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.”

Empat bulan haram yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah bulan Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Kemuliaan bulan Muharram yang kedua adalah bulan ini sebagai syahrullah (bulan Allah). Rasulullah SAW bersabda dalam hadits bahwa puasa di bulan Muharram sangat utama setelah bulan Ramadhan.

Sebagaimana penjelasan dalam hadits nabi berikut ini:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

Artinya: “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah sholat malam,”(HR Muslim).

Mengutip dari bersamadakwah.net, Az Zamakhsyari menjelaskan bahwa bulan Muharram sebagai syahrullah (bulan Allah), sesuai dengan lafazh jalalah Allah untuk menunjukkan mulia dan agungnya bulan tersebut. Penyandaran yang khusus ini tidak ada pada bulan-bulan lainnya. Hal ini menunjukkan adanya keutamaan pada bulan tersebut.

Sedangkan Al Hafizh Abul Fadhl Al ’Iraqiy menjelaskan bahwa bulan Muharram sebagai syahrullah karena pada bulan ini mengharamkan pembunuhan dan menjadi bulan pertama dalam tahun hijriyah.

|| BACA JUGA : Sejarah 1 Suro dan 1 Muharram, Serupa tetapi Tidak Sama

Kemuliaan ketiga bulan ini ialah menjadi bulan untuk menjalankan puasa tasu’a dan asyura. Puasa tasu’a dan asyura atau puasa sunnah di bulan Muharram menjadi puasa yang paling mulia setelah puasa Ramadhan.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda dalam hadits berikut ini:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

Artinya: “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah (berpuasa) di bulan Allah, Muharram,”(HR Muslim).

Kemudian, Rasulullah SAW juga menyebutkan keutamaan puasa asyura dalam hadits berikut ini:

سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

Artinya: “Rasulullah ditanya mengenai puasa asyura, beliau menjawab, ‘ia bisa menghapus dosa setahun yang lalu’,” (HR Muslim).

Sedangkan terkait puasa tasu’a, Rasulullah SAW berazam untuk menjalankannya, meskipun beliau tidak sempat menunaikannya karena wafat sebelum bulan Muharram tiba. Namun, para sahabatnya menjalankan puasa tasu’a seperti keinginan Rasulullah SAW. Berikut penjelasan hadits yang membahas hal ini:

إذا كان العام المقبل صمنا يوم التاسع

Artinya: “Apabila tahun depan (kita masih diberi umur panjang), kita akan berpuasa pada hari tasu’a (kesembilan),” (HR As-Suyuthi).

Demikian penjelasan mengenai kemuliaan bulan Muharram. Semoga menjadi motivasi para pembaca dan penulis untuk menjalankan amalan-amalan mulia, sehingga dapat memanfaatkan kemuliaan bulan ini dengan lebih bertaqwa kepada Allah SWT, aamiin.

Wallohu A’lam
Oleh Sabingatun Dewi Masitoh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *