Fiqih & Ushul FiqihHikmah & Wawasan

Apakah Sah Puasa Orang yang Lupa Tidak Berniat, Simak

AYATINA – Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun dari beberapa rukun Islam. Ibadah yang dijalankan oleh seluruh umat Islam ini memiliki rukun-rukun yang harus dipenuhi.

Adapun salah satu rukun dalam ibadah puasa Ramadhan ialah niat.

Niat itu bertempat di dalam hati, sehingga tidak cukup disebut dengan niat bila hanya dilafadzkan saja, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Zainuddin bin Abdil Aziz Al Malibary dalam kitabnya Fathul Mu’in berikut ini:

نية بالقلب ولا يشترط التلفظ بها بل يندب

Artinya: “Niat ialah dengan hati. Tidak disyaratkan melafadzkan niat hanya saja merupakan sebuah kesunnahan.”

Oleh karenanya, seseorang yang hendak berpuasa haruslah melakukan niatnya dalam hati dan tidak hanya di lisan.

BACA JUGA: Berpuasa di Bulan Ramadhan bagi Umat Islam, Simak

Syekh Zainuddin bin Abdil Aziz Al Malibary serta madzhab Syafi’iyyah secara keseluruhan mengharuskan niat untuk ditetapkan setiap harinya.

Maksudnya ialah seseorang yang hendak melaksanakan puasa Ramadhan harus berniat di malam harinya untuk puasa di esok harinya dan tidak niat hanya di awal malam pertama saja untuk puasa sebulan di Ramadhan.

Hal ini sebagaimana keterangan Syekh Zainuddin bin Abdil Aziz Al Malibary dalam kitabnya Fathul Mu’in:

فلو نوى أوّل ليلة رمضان صوم جميعه لم يكف لغير اليوم الأوّل 

Artinya: “Jikalau seseorang berniat puasa pada awal malam hari bulan Ramadhan untuk seluruh Ramadhan (sebulan penuh), maka tidak cukup niat itu untuk selain yang hari pertama.”

Oleh karenanya, niat puasa harus dilakukan di setiap malam saat seseorang hendak menjalankan puasa, karena puasa seseorang tidak sah bila ia hanya berniat di malam pertama saja. 

Hal ini juga berlaku bagi seseorang yang meninggalkan niat karena lupa. Seseorang yang meninggalkan niat puasa karena lupa juga tidak sah puasanya.

Para ulama’ memberi solusi bila kemungkinan seseorang lupa berniat, yaitu dengan cara taqlid kepada Imam Malik yaitu niat di malam pertama bulan Ramadhan. Mazhab Maliki ini tidak mensyaratkan harus berniat setiap harinya dan cukup niat sekali untuk puasa sebulan. 

Hal ini sebagaimana perkataan Imam Malik yang tertera dalam kitab Rahmatul Ummah karya Syekh Muhammad bin Abdurrahman As Syafi’i:

وقال مالك يكفيه اي للصائم نية واحدة من اوّل ليلة من الشهر انه اي صائم يصوم جميعه

Artinya: “Imam Malik berkata, ‘cukup bagi orang yang berpuasa hanya berniat sekali di malam pertama bulan Ramadhan untuk keseluruhan Ramadhan’.”

Adapun lafadz niat taqlid kepada Imam Malik sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى

Cara baca: Nawaitu Shauma jamii’i syahri Ramadhaani haadzihis sanah taqliidan lil Imaami Maalik fardhan lillaahi ta’aala.

Artinya: “Aku niat menjalankan kewajiban puasa di seluruh bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik karena Allah Ta’ala.”

Solusi ini ialah sebuah kehati-hatian bilamana seseorang terbiasa kelupaan berniat di malam harinya. Oleh karenanya, seseorang tetap diharuskan berniat selama ia tidak lupa, atau dalam artian lupanya seseorang tidak sebab disengaja.

Penting untuk juga diperhatikan dalam niat yaitu syarat dalam niat itu sendiri. Bahwa dalam niat puasa ini disyaratkan harus tabyit dan ta’yin.

Tabyit yaitu niat yang dilakukan seseorang haruslah menetap di dalam hatinya mulai dari terbenamnya matahari atau dari ia awal berniat sampai sebelum masuknya waktu imsak.

Adapun yang dinamakan ta’yin ialah menyebut puasa yang dimaksud, semisal puasa Ramadhan, puasa nazar, atau puasa wajib lainnya. Oleh karena itu, tidak cukup jika hanya berniat puasa besok tanpa menyebutkan puasa yang dimaksud.

Paling sedikitnya bacaan niat ialah :

نَوَيْتُ الصَّوْمَ غَدًا مِنْ رَمَضَانَ 

Cara baca: Nawaitus shauma ghadan min Ramadhaan.

Artinya: “Saya niat puasa esok hari dari bulan Ramadhan.

Adapun paling sempurnanya yaitu:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا لِلّهِ تَعَالَى  

Cara baca: Nawaitu shauma ghadin ‘an adaa’i fardhi Ramadhaana haadzihis sanah iimaanan wahtisaaban lillaahi ta’aala.

Artinya: “Saya niat puasa esok hari untuk menjalankan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah SWT.

Demikianlah ketentuan berniat dalam puasa Ramadhan yang disertai solusi ketika seseorang lupa tidak berniat. Semoga bermanfaat, aamiin.

Wallohu A’lam
Oleh Diki Kurniawan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *