Tokoh & SejarahTop Hive

Kiai Haji Hasyim Asy’ari, Sang Pemimpin Gerakan Resolusi Jihad

AYATINA – Hadrotus Syekh Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari atau biasa dikenal dengan Mbah Hasyim merupakan seorang ulama dan pahlawan nasional Indonesia. Beliau terkenal kiprahnya dalam memimpin gerakan resolusi jihad Nahdlotul Ulama.

KH. Hasyim Asy’ari juga merupakan kakek dari Presiden ke IV Republik Indonesia, yaitu KH. Abdurrahman Wahid. Sebagai ulama sekaligus pahlawan nasional, KH. Hasyim Asy’ari banyak memberikan sumbangsih bagi bangsa Indonesia. Salah satunya melalui gerakan resolusi jihad.

Melansir dari nu.or.id, resolusi jihad merupakan fatwa atau seruan dari kaum santri dan masyarakat Nahdlatul Ulama dalam rangka membela dan mempertahankan Tanah Air Indonesia.

Gerakan tersebut berhasil membangkitkan semangat rakyat, khususnya dari kalangan kiai dan santri. Puncak dari Gerakan tersebut terjadi pada tanggal 22 Oktober 1945.

Untuk mengetahui biografi KH. Hasyim Asy’ari lebih lanjut, simak beberapa rangkuman berikut:

KH. Hasyim Asy’ari merupakan putra ke tiga dari pasangan KH. Asy’ari dengan Nyai Hajah Halimah. Beliau lahir pada tanggal 14 Februari 1871 M/ 24 Dzulqaidah 1287 di Jombang, Jawa Timur.

Beliau tumbuh besar di lingkungan pesantren. Ayahnya merupakan seorang Kiai Pondok Pesantren Keras, Jawa Timur.

Lingkungan pesantren membuat KH. Hasyim Asy’ari  mampu menyerap ilmu agama dengan baik. Beliau tumbuh menjadi seorang yang berkarakter, mandiri, dan rajin.

Saat umur 13 tahun, beliau sudah menjadi guru pengganti dan mengajar para santri yang berusia di atasnya.

KH. Hasyim Asy’ari menuntut ilmu dengan mengembara ke berbagai pesantren, yaitu Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Kademangan Bangkalan, Pesantren Trenggilis, dan Pesantren Siwalan Panji Sidoarjo.

Selain menuntut ilmu di pesantren tersebut, beliau juga memiliki sanad keilmuan dari berbagai guru. Bahkan beliau menuntut ilmu hingga Mekah. Beliau pernah belajar fikih mazhab Syafi’i dengan Kiai Ahmad Khatib.

KH. Hasyim Asy’ari juga pernah belajar dengan Kiai Mahfudz dari termas. Kemudian dari situ lah KH. Hasyim Asy’ari memperoleh sanad untuk mengajar kitab Shahih Bukhari.

Guru lainnya yaitu Mbah Kholil Bangkalan, Syaikh Nawawi Al-Bantani dari Banten, Syaikh Syata, dan Syaikh Dagistani dari luar Jawa.

KH. Hasyim Asy’ari terkenal dengan khidmah nya dengan gurunya yaitu Mbah Kholil.

Melansir dari nu.or.id, suatu hari KH. Hasyim Asy’ari rela menguras septic tank untuk mencari cincin istrinya Mbah Kholil yang hilang di toilet.

BACA JUGA: Peringatan Hari Santri 22 Oktober 2024, Ini Dia Sejarahnya

KH. Hasyim Asy’ari juga berperan penting dalam proses berdirinya organisasi islam terbesar di dunia, yaitu Nahdlatul Ulama. Organisasi ini berdiri pada tanggal 31 Januari 1926.

Melansir dari nu.or.id, Awalnya KH. Abdul Wahab Chasbullah menggagas pendirian jam’iyah dan meminta persetujuan dari KH. Hasyim Asy’ari. Namun KH. Hasyim Asy’ari tidak langsung menyetujuinya, melainkan sholat istikharah terlebih dahulu.

Hasil dari istikharah tersebut untuk menyetujui usulan dari KH. Abdul Wahab Chasbullah, tidak berada di tangan KH. Hasyim Asy’ari. Melainkan di tangan gurunya yaitu Mbah Kholil Bangkalan, karena posisi Mbah Kholil juga merupakan guru dari Kiai Wahab Hasbullah.

KH. Hasyim Asy’ari berkomunikasi dengan Mbah Kholil melalui perantara Kiai As’ad. Akhirnya Mbah Kholil menyetujui usulan tersebut.

Nahdlotul Ulama sebenarnya merupakan organisasi lanjutan dari komunitas atau organisasi yang berdiri sebelumnya, namun Nahdlotul Ulama cangkupannya lebih luas.

KH. Hasyim Asy’ari menjadi ketua syuriah Pengurus Besar Nahdlotul Ulama yang pertama.

Resolusi jihad lahir atas permintaan dari Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia saat itu. Mereka meminta agar KH. Hasyim Asy’ari bersama para ulama menggerakkan masyarakat untuk melawan Belanda.

KH. Asy’ari selaku Rais Akbar Pengurus Besar Nahdlotul Ulama menyetujui dan mengajak para ulama dari berbagai kawasan hingga melahirkan resolusi jihad.

Pada tanggal 21 Oktober 1945 malam, KH. Hasyim Asy’ari menyampaikan amanat yang berisi tentang kewajiban umat islam baik pria maupun wanita dalam berjihad mempertahankan tanah air dan bangsanya.

Keesokan harinya, tanggal 22 Oktober 1945 KH. Abdul Wahab Chasbullah Bersama Pengurus Besar Nahdlotul Ulama memimpin rapat pleno untuk mengambil keputusan tentang jihad fi sabilillah dalam membela tanah air dan menyerukan resolusi jihad yang akan disampaikan kepada pemerintah RI.

Dengan persatuan para ulama, kiai, dan santri akhirnya pertempuran tersebut dimenangkan oleh bangsa Indonesia bahkan menewaskan perwira Angkatan Darat Britania yang bernama Brigadir jendral Mallaby.

Oleh karena itu, pada tahun 2015 Presiden Joko Widodo menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai peringatan Hari Santri Nasional.

Melansir dari nu.or.id, setelah mendengar kabar tentang jatuhnya Kota Malang, KH. Hasyim Asy’ari langsung memegangi kepalanya sambil menyebut nama Allah “ Masya Allah, Masya Allah “ kemudian pingsan.

Beliau mengalami pendarahan otak dan tidak terselamatkan. KH. Hasyim Asy’ari wafat pada tanggal 25 Juli 1947 yang bertepatan dengan tanggal 7 Ramadhan 1366 H dan dimakamkan di Jombang Jawa Timur.

KH. Hasyim Asy’ari merupakan seorang kiai, ulama, sekaligus pahlawan nasional yang berjasa besar bagi bangsa Indonesia. Gerakan resolusi jihad merupakan salah satu dari kiprah beliau untuk negeri.

Wallohu A’lam
Oleh Riza Sasmitasari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *