Biografi Hudzaifah bin Yaman, Sang Pemegang Rahasia Rasulullah
AYATINA – Hudzaifah bin Yaman adalah sahabat sekaligus sang pemegang rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia dipercaya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, karena sifat amanahnya yang kuat.
Melansir dari buku Nafahat ‘Athirah fi Sirah Shahabath Rasulillah SAW karya Muhammad Raji Hasan Kinas yang diterjemahkan Nurhasan Humaedi dan kawan-kawan, Hudzaifah bin Yaman merupakan keturunan dari bani al-Abbasi.
Bapaknya bernama Husail bin Jabir, biasa dipanggil dengan sebutan Al-Yaman. Ibunya bernama Al-Rubab binti Ka’b Al-Asyhiliyyah. Hudzaifah memiliki saudara laki-laki bernama Shafwan.
Hudzaifah bin Yaman mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki sahabat lain, yaitu mengetahui rahasia siapa saja yang dianggap sebagai orang munafik. Menurut Hudzaifah, munafik adalah seseorang yang berbicara tentang perkara Islam, akan tetapi tidak mengamalkannya.
BACA JUGA: 3 Alasan Penting Mengapa Seseorang Harus Jujur, Simak
Amanah Hudzaifah saat Memegang Rahasia Rasulullah
Merangkum dari buku The Great Sahaba karya Rizem Aizid, Hudzaifah bin Yaman adalah sahabat yang dipercaya oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menyimpan rahasia.
Salah satu rahasia yang diamanahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah tentang keberadaan orang-orang munafik di kota Madinah.
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Hudzaifah, “Apakah namaku masuk dalam data orang-orang munafik yang disampaikan Rasulullah SAW kepadamu, wahai Hudzaifah?”
Hudzaifah pun menjawab, “Tidak. Ketahuilah, wahai Umar, aku tidak akan memberitahukan informasi ini kepada siapa pun setelah engkau.”
Ketika Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu mendesak Hudzaifah untuk memberitahukan jajaran anak buahnya yang munafik, Hudzaifah pun tidak menyebutkan namanya. Hudzaifah melakukannya karena ia telah berjanji kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengunci rahasia tersebut.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu juga menyampaikan kesaksiannya bahwa Hudzaifah merupakan seorang pemegang rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ali bin Abi Thalib berkata, “Ia (Hudzaifah) mengetahui data tentang orang-orang munafik di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan andai kalian bertanya kepadanya tentang konspirasi-konspirasi mereka rencanakan, niscaya ia (pula) mengetahuinya.”
Wafatnya Hudzaifah bin Yaman
Hudzaifah wafat pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Hudzaifah wafat di Kota Mada’id pada tahun 35 atau 36 hijriyah, tepatnya empat puluh hari setelah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu wafat.
Penyebab wafatnya Hudzaifah adalah karena sakit. Sebelum ia wafat, beberapa sahabat sempat mengunjunginya pada waktu tengah malam dan komunikasi dengannya. Hudzaifah bertanya kepada para sahabat yang menengoknya, “Sudah jam berapa sekarang?” Salah satu sahabat menjawab, “Sudah mendekati waktu subuh.”
Kemudian Hudzaifah berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, “Aku berlindung kepada Allah dari waktu subuh yang menyebabkan aku masuk neraka.”
Hudzaifah bertanya kepada para sahabat apakah dari mereka ada yang membawa kain kafan. Ternyata ada salah satu dari sahabat yang membawanya.
Hudzaifah pun berkata, “Aku tidak butuh kain kafan mahal. Jika diriku baik dalam penilaian Allah, maka Dia akan menggantikannya untukku dengan kain kafan yang lebih baik. Namun, jika aku tidak baik dalam pandangan-Nya, Dia akan menanggalkan kain kafan itu dari tubuhku.”
Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu menutup usianya dengan doa, yang artinya demikian, “Ya Allah. Sesungguhnya, engkau mengetahui bahwa aku lebih suka fakir daripada kaya, aku lebih suka sederhana daripada mewah, dan aku lebih suka mati daripada hidup.”
Itulah sepenggal biografi Hudzaifah bin Yaman, sang pemegang rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Melihat kisah akhlaknya yang mulia tersebut, semoga dapat kita teladani, aamiin.
Wallohu A’lam
Oleh Ibayyana Ika Prastya